Dibalik kisah pengorbanan IBRAHIM a.s
oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
repost : Akang Lii
Setiap kali datang Idul Adha, maka yang banyak dibicarakan
serta dikisahkan kembali adalah: Bagaimana keteladanan Nabiyallah Ibrahim a.s
dan putranya Ismail a.s dalam melaksanakan perintah “kurban” yang mereka terima
dari Allah SWT, yang menjadi titik awal dari pelaksanaan “ibadah kurban” yang
dilakukan oleh segenap kaum muslimin setiap kali datang bulan Dzulhijjah.
Entah lupa atau sengaja dilupakan, banyak di antara kita
yang nyaris bahkan tak pernah sama sekali membicarakan peranan HAJAR (lebih
populer dengan sebutan SITI HAJAR), yakni ibundanya Ismail a.s yang notabene
juga isteri “khalilullah” Ibrahim a.s dalam peristiwa “kurban” tersebut. Padahal
“tidak bisa tidak” (tentunya dengan kehendak Allah SWT), sebagaimana yang
banyak diriwayatkan, maka peranan HAJAR dalam rangka menopang dan memperkokoh
kecintaan dan keta’atan “suaminya” Ibrahim a.s kepada Allah SWT sungguh tiada
ternilai besarnya. Dalam hal ini “seandainya”
HAJAR menolak dan tidak membiarkan ISMAIL dibawa IBRAHIM; atau
terpengaruh oleh hasutan “Iblis laknatullah”, maka jelas kisah “kurban” yang
kita kenal selama ini akan menjadi lain jalan ceritanya.
*****
Menurut riwayat “HAJAR” adalah puteri dari salah seorang
Raja Maroko, keturunan dari nabi Shaleh a.s. yang mati dibunuh oleh Fir’aun
yang bernama Dzu al Arsy. Selanjutnya
Hajar ditawan sebagai budak dan diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangga
Fir’aun.
Hajar dihadiahkan oleh Fira’un kepada Ibrahim a.s dan Sarah
ketika mereka pindah ke Mesir, yang kemudian dibawa serta kembali ke Palestina,
setelah Ibrahim a.s dan Sarah diusir oleh Fir’aun dari Mesir karena beranggapan
Ibrahim a.s dan Sarah adalah pasangan “Tukang Sihir” yang dapat melemahkan
kekuasaan Fir’aun.
Selanjutnya lantaran tidak juga kunjung hamil, maka SARAH
menikahkan HAJAR dengan IBRAHIM a.s. Akan tetapi setelah ISMAIL a.s lahir,
SARAH merasa cemburu dan memaksa IBRAHIM untuk berpisah dengan Hajar dan
putranya Ismail.
Dan inilah pengorbanan awalnya sebagai isteri Ibrahim dan
ibunda Ismail. HAJAR dan putranya Ismail ditinggalkan Ibrahim a.s di lembah
yang sunyi; gersang dan panas, yang kelak kita kenal dengan nama Makkah
Al-Mukarramah. Dan dalam “pembuangan” inilah Hajar berlari antara Bukit Shafa
dan Marwa mencari air bagi putranya yang kehausan (yang kemudian menjadi salah
satu kegiatan ibadahnya orang-orang yang berhaji/umroh). Dan dalam keadaan
inilah Allah SWT menolong Hajar dan putranya dengan ditemukannya (kembali) mata
air “ZAM-ZAM”.
Tentang peristiwa IBRAHIM a.s meninggalkan HAJAR dan
putranya ISMAIL a.s tersebut secara tersirat dan tersurat diterangkan Allah
dengan firman-NYA di dalam Al-Qur’an (sebagai salah satu do’anya Ibrahim a.s):
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan; Mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
*****
Ketika ISMAIL a.s beranjak remaja (menurut bahasa Al-Quran
(QS. Ash-shoffaat) 102) “ sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama….”)
IBRAHIM a.s datang menjenguk HAJAR dan putranya di lembah yang dulunya sepi,
dan kini telah menjadi sebuah perkampungan yang sangat ramai. Dan dalam
masa-masa kunjungan inilah IBRAHIM a.s diperintahkan Allah SWT untuk
melaksanakan “kurban” dengan menyembelih putra yang sangat-sangat disayanginya
ISMAIL a.s.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa beberapa saat setelah
HAJAR mengizinkan Ibrahim membawa Ismail (untuk melaksanakan “kurban”
sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT), maka datanglah Iblis laknatullah
kepada Hajar yang ketika itu duduk di depan rumahnya yang tidak begitu jauh
dari sumur Zam-Zam.
Iblis laknatullah yang menyamar sebagai laki-laki tersebut
berkata kepada Hajar, bahwa kedatangan Ibrahim ke tempat mereka bukanlah untuk
mengobati rindu dan arena kecintaannya kepada mereka, melainkan untuk
menyembelih Ismail a.s. Dan mendengar perkataan Iblis tersebut, Hajar dengan
tenang menjawab: “Wahai orang asing, engkau pasti salah dan telah menebar
fitnah kepada keluargaku. Tak mungkin Ibrahim berbuat demikian, ia adalah
seorang ayah yang shalih dan sangat mencintai anaknya.”
Iblis menjawab: “Kalau benar ia orang yang shalih dan
mencintai kalian, mengapa dulu kalian ditelantarkannya di lembah ini; lembah
yang kering kerontang dan tiada berpenghuni?”
“Engkau juga salah dalam hal ini, Ibrahim tidak
menelantarkan kami, tapi atas perintah Allah ia menempatkan kami di tempat yang
subur ini. Apakah matamu sudah buta, bahwa tempat ini penuh dengan rahmat dan
berkah Allah, sudah banyak penghuninya dan subur makmur keadaannya? Sekarang
menjauhlah dariku, bawalah fitnahmu itu.” Dan seiring dengan itu Hajar lalu
mengambil sebongkah kerikil dan menyambitkannya kepada Iblis laknatullah.
Iblis tidak menyerah begitu saja, ia berkata lagi kepada
Hajar: “Tapi yang kukatakan bahwa Ibrahim ingin menyembelih dan mengurbankan
anaknya adalah sesuatu yang benar. Apakah engkau tidak melihat Ibrahim membawa
pisau dan tali tatkala membawa anakmu tadi?”
Dengan tangkas Hajar menjawab: “Ternyata engkau adalah orang
yang bodoh dan bebal. Ibrahim membawa pisau dan tali adalah lantaran ia seorang
pengembala, maka tentulah kedua benda itu sangat diperlukannya. Sekarang sekali
lagi kuminta agar engkau pergi menjauh dariku.” Hajar kembali mengambil sebongkah
kerikil yang lebih besar dari yang
pertama, lalu menyambitkannya kepada Iblis laknatullah.
Iblis belum putus asa dan tetap berusaha membujuk Hajar:
“Percayalah padaku, Ibrahim itu akan menyembelih putramu. Katanya itu adalah
perintah Allah, padahal Allah sama sekali tidak pernah menyuruh seorang bapak
untuk menyembelih anaknya. Asal kau tahu, bahwa yang dilakukan Ibrahim itu
adalah atas perintah Sarah, sebagaimana dulu Sarah menyuruh Ibrahim mengusir
kalian dan menempatkannya di lembah yang kering kerontang ini. Dan sekarang
alasannya adalah, bahwa Sarah sudah dianugerahi Allah seorang anak laki-laki,
dan ia tidak mau anakmu menjadi saingan anaknya dalam hal meraih kasih sayang
Ibrahim. Jadi cepatlah susul mereka, sebelum Ibrahim menyembelih anakmu.”
Mendengar itu Hajar sekarang sadar, bahwa yang dihadapinya
bukanlah laki-laki biasa, melainkan adalah Iblis laknatullah. Lalu dengan
membentak Hajar berkata: “Hai, ternyata engkau adalah Iblis laknatullah yang
tak pernah putus asa untuk menggoda dan mengusik manusia. Hendaklah engkau
dengar hai hamba yang dilaknat Allah, jika benar Sarah sudah dianugerahi Allah
seorang putra, maka aku patut dan wajib bersyukur, karena kehidupan mereka
tidak lagi sunyi dan hampa tanpa kehadiran seorang anak. Dan aku tidak akan
pernah percaya, bahwa Sarah adalah adalah seorang perempuan jahat. Sebab sejak
pertama aku mengenalnya dan bahkan ia yang menikahkan aku dengan Ibrahim, ia
adalh pseorang perempuan yang baik; lembut dan penuh kesabaran serta sangat
ta’at dan mencintai suaminya. Dan hendaklah engkau ketahui, bahwa sejakl awal
perjumpaanku dengan Ibrahim, aku telah mencintainya dengan tulus dan ikhlas;
dan begitu pula cintanya kepadaku. Namun cintaku dan cinta Ibrahim kepada Allah
Ta’ala jauh lebih besar dari cinta kami berdua; bahkan Allah pun tel;ah
menjadikan Ibrahim sebagai “khalil-NYA”. Tadi sudah kukatakan padamu, bahwa
Ibrahim menempatkan kami di lembah ini adalah atas perintah Allah, bukan atas
suruhan Sarah. Sebab tentulah Ibrahim telah diberitahukan Allah segala
sesuatunya sebelum ia membawa kami kemari. Jadi sekarang kalaulah Allah
memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih dan mengurbankan anaknya sendiri dan
juga anakku; maka tentulah Allah punya maksud baik dan aku wajib mendukungnya
karena kecintaanku kepada Allah. Bahkan jika dikehendaki Allah, akupun siap
untuk disembelih dan dikurbankan oleh Ibrahim. Sekarang dengarlah wahai makhluk
yang dilaknat Allah, pergilah menjauh dariku dan jangan pernah kembali lagi
untuk coba-coba merayu dan menghasutku.”
Dan seiring dengan berakhirnya perkataan yang ia ucapkan, Hajar kembali
mengambil sebuah batu kerikil yang lebih besar dari yang kedua tadi, lalu
dengan perasaan marah ia lemparkan kepada Iblis laknatullah. Dan seiring dengan
itu pula Iblis laknatullah menghilang dari pandangan Hajar.
*****
Sebagai seorang hamba biasa, apalagi sebagai “perempuan”;
setelah Iblis laknatullah meninggalkan dirinya, maka Hajar duduk di serambi
rumahnya menunggu kepulangan Ibrahim a.s, suaminya dengan harap-harap cemas.
Dan kegembiraanpun menyeruak ke dalam hatinya tatkala ia melihat Ibrahim pulang
bersama Ismail dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang sesuatu apapun.
Selang beberapa saat setelah mereka berkumpul, Hajar
menceritakan ikhwal yang dialaminya kepada Ibrahim a.s. Dan Ibrahim pun mengakui, bahwa ia memang diperintahkan Allah
untuk mengurbankan Ismail. Alhasil ketika perintah itu akan dilaksanakan dan
juga atas persetujuan Ismail, Allah SWT menggantikan kedudukan Ismail sebagai “kurban”
dengan se-ekor domba dari surga. Dan sambil meminta maaf atas perbuatan “bohongnya” kepada Hajar,
Ibrahim juga menjelaskan bahwa Iblis laknatullah telah berusaha menghalangi
dirinya untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah. Akan tetapi sama
seperti yang dilakukan Hajar, Ibrahim juga berhasil mengusir dan melempari
Iblis laknatullah dengan batu. Bahkan kemudian Ismail juga menjelaskan, dirinya
pun tak luput dari godaan Iblis laknatullah; namun sama halnya dengan kedua
orang tuanya; Ismail juga bisa mengatasi Iblis laknatullah; mengusir dan juga
melemparinya dengan batu.
*****
Saya tidak akan membuat kesimpulan atau menyimpulkan
penggalan kisah di atas, saya ingin menyerahkannya kepada anda semua. Hikmah
dan pelajaran apa yang wajib kita petik dan teladani dari “keluarga IBRAHIM
a.s” dalam hal mencintai dan menta’ati perintah Allah SWT. Wallahua’lam
(dipetik dan diedit dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment