Kumpulan PIDATO Soekarno
* Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan
seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng
hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa.
* Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai
sesuatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa merdeka
- Berikan aku 10 pemuda, kita taklukkan dunia....!!!
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi
perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru
dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung
Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung
yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan
seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng
hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan
takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah
tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa
pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih
hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT
Proklamasi, 1949 Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan
segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita
selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.”
(Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang
lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang
akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang
percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar
negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah
Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya
memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo
siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor
burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke
puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka
tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
Tentang keadilan
• Maka karena itu jikalau kita memang betul-betul mengerti,
mengingat dan mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal
sociale rechvaardigheid ini yaitu bukan saja persamaan politik, harus
mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Apakah kita mau Indonesia MERDEKA, yang kaum Kapitalnya
merajalela ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua cukup
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa
dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang dan pangan?.
[Pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial
ialah satu
masyarakat yang adil dan makmur, dengan menggunakan
alat-alat
industri, alat-alat tehnologi yang sangat modern. Asal tidak
dikuasai
oleh sistem kapitalisme.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 115 ]
• Sosialisme berarti adanya paberik yang kolektif: Adanya
industrialisme
yang kolektif. Adanya produksi yang kolektif. Adanya
distribusi yang
kolektif. Adanya pendidikan yang kolektif.
[Kepada bangsaku, hlm. 381]
• Dalam hubungan Internasionalpun kemerdekaan merupakan
suatu
jembatan, suatu jembatan untuk perjuangan bangsa-bangsa bagi
persamaan derajat untuk pembentukan bangsa-bangsa dan
negaranegara
sehingga sanggup berdiri di atas kaki Beograd,
politis,
ekonomis,………”
[KTT NON BLOK Beograd, 1- 9 - 1961]
• Masyarakat keadilan sosial bukan saja meminta distribusi
yang adil,
tetapi juga adanya produksi yang secukupnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1950]
• Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang
sedikit.
Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan,
bekerja
bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk
dia.
Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia
dalam praktek.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 85]
• Untuk menjadi “padang
usaha” industrialisme, seluruh daerah
Indonesia
harus “Ekonomis” satu, dan supaya ekonomisnya menjadi
satu, maka seluruh daerah Indonesia
itu “Polltis” harus menjadi satu
pula.
[Kepada bangsaku, hlm. 395]
• Saya teringat akan apa yang dikatakan oleh Perdana Menteri
Kim Il
Sung di tahun 1947: “In order to build a democratic state,
the
foundation of an independent economy of the nation must be
established ……… without the foundation of an independent
economy,
we can either attain independence, nor found the state, nor
subsist”.
• “Untuk membangun suatu Negara yang Demokratie, maka satu
ekonomi yang Merdeka harus dibangun. Tanpa ekonomi yang
Merdeka, tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak mungkin
kita
tetap hidup”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Rakyat padang
pasir bisa hidup-masa kita tidak bisa hidup! Rakyat
Mongolia
(padang pasir juga) bisa hidup masa
kita tidak bisa
membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh
jinawi, tata
tentram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup
pangan,
si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak
bisa
menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya
ini,
maka sebenarnya kita Beograd yang
tolol, kita Beograd yang maha
tolol.
[Pidato Konperensi Kolombo Plan di Yogyakarta th. 1953]
• Ekonomi Indonesia akan bersifat Indonesia,
sistem politik Indonesia
akan bersifat Indonesia
masyarakat kami akan bersifat Indonesia,
dan
semuanya itu akan didasarkan kokoh kuat atas warisan
kulturil dan
spiritual bangsa kami Beograd.
Warisan itu dapat dipupuk dengan
bantuan dari luar, dari seberang lautan, akan tetapi
bunganya dan
buahnya akan memiliki sifat-sifat kami Beograd.
Maka janganlah tuantuan
mengharapkan, bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan
akan menghasilkan cerminan dari diri tuan-tuan Beograd.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe.
Kita tidak akan
mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika
bantuan-bantuan
itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik
makan
gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Gemah ripah loh jinawi, tata tentram kerta raharja, para
kawula iyeg
rumagang ing gawe, tebih saking laku cengengilan adoh saking
juti.
Wong kang lumaku dagang, rinten dalu tan wonten pedote,
labet
saking tan wonten sansayangi margi. Subur kang sarwa
tinandur,
murah kang sarwa tinuku. Bebek ayam raja kaya enjang medal
ing
panggenan, sore bali ing kandange dewe-dewe. Ucapan-dalang
dari
bapaknya-embahnya-buyutnya-canggahnya,
warengnya-udeg-udegnyagantung
siwurnya. Bekerja bersatu padu, jauh daripada hasut, dengki,
orang berdagang siang malam tiada hentinya, tidak ada
halangan di
jalan. Inipun menggambarkan cita-cita sosialisme.
[Pidato Hari Ibu 22 Desember 1960]
• Dan sejarah akan menulis: di sana
di antara benua Asia dan Australia,
antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia,
adalah hidup satu bangsa
yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa,
tetapi
akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa
kembali
menjadi : een natie van koelies, en een kolie onder de
naties. Maha
Besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum
kasip.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Suatu bangsa hanyalah menjadi kuat kalau patriotismenya
meliputi
patriotisme ekonomi. Ini memang jalan yang benar kearah
kekuatan
bangsa, jalan yang jujur, jalan yang tepat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
• Kalau bangsa bangsa yang hidup di padang
pasir yang kering dan
tandus bisa memecahkan persoalan ekonominya kenapa kita
tidak?
Kenapa tidak? Coba pikirkan !
1. Kekayaan alam kita yang sudah digali dan yang belum
digali, adalah
melimpah-limpah.
2. Tenaga kerjapun melimpah-limpah, di mana kita berjiwa 100
juta
manusia.
3. Rakyat indonesia
sangat rajin, dan memiliki ketrampilan yang sangat
besar, Ini diakui oleh semua orang di luar negeri.
4. Rakyat memiliki jiwa Gotong-royong, dan ini dapat dipakai
sebagai
dasar untuk mengumpulkan Funds and forces.
5. Ambisi daya cipta Bangsa Indonesia
sangat tinggi di bidang politik
tinggi, di bidang sosial tinggi, di bidang kebudayaan
tinggi, tentunya
juga di bidang ekonomi dean perdagangan.
6. Tradisi Bangsa lndonesia bukan tradisi, “tempe”.
Kita di zaman
purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara,
pernah mengarungi lautan untuk berdagang sampai ke Arabia
atau
Afrika atau Tiongkok.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
Amanat Bung KarnoTentang hubungan internasional
• Politik bebas bukanlah suatu politik yang mencari
kedudukan netral jika pecah peperangan; politik bebas bukanlah suatu politik
netralitas tanpa mempunyai warnanya Beograd; berpolitik
bebas bukanlah berarti menjadi suatu negara penyangga antara kedua blok
raksasa.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961 ]
• Berpolitik bebas berarti pengabdian yang aktip kepada
tujuan yang luhur dari kemerdekaan, perdamaian kekal, keadilan sosial dan
kemerdekaan untuk merdeka. Ia adalah tekad untuk mengabdi kepada tujuan ini; ia
kongruen dengan hati nurani sosial manusia.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Politik Non-Blok adalah pembaktian kita secara aktip
kepada perjuangan yang luhur untuk kemerdekaan, untuk perdamaian yang kekal,
keadilan sosial dan kebebasan untuk Merdeka.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Adalah menjadi keyakinan kita bersama kita bahwa, suatu
polltik yang bebas merupakan jalan yang paling baik bagi kita masing-masing
untuk memberikan suatu sumbangan yang tegas kearah pemeliharaan perdamaian dan
pengurangan ketegangan-ketegangan Internasional.
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• “…..kita mempertahankan pendapat bahwa pembentukan
blok-blok, apalagi jika berdasarkan kekuatan dan perlombaan persenjataan, hanya
mengakibatkan peperangan.”
[KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian
dankesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan
exploitation de l’homme par l’homme et de nation par nation.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bangsa Indonesia (saya) berjanji pada diri Beograd untuk
bekerja mencapai suatu Dunia yang lebih baik, suatu Dunia yang bebas dari
sengketa dan ketegangan, suatu Dunia di mana anak-anak dapat tumbuh dengan
bangga dan bebas, suatu Dunia di mana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk
semua orang. Adakah suatu bangsa
menolak janji semacam itu?”.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dengan segala kesungguhan, saya katakan: kami
bangsa-bangsa yang baru Merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Badan itu hanya dapat menjadi effective, bila
Badantersebut mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untukmembendung atau
mengalihkan ataupun menghambat jalannya.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Di zaman pembangunan bangsa-bangsa ini telah muncul
kemungkinannya, keharusan akan suatu “Dunia” yang bebas dari ketakutan, bebas
dari kekurangan, bebas dari penindasan-penindasan
Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bagi suatu bangsa yang baru lahir stau suatu bangsa yang
baru lahir kembali milik yang paling berharga adalah “kemerdekaan” dan
“kedaulatan”.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dunia kita yang satu ini terdiri dari Negara-negara
Bangsa, masingmasing sama berdaulat, dan masing- masing berketetapan hati
menjaga kedaulatan itu, dengan masing-masing berhak untuk menjaga
kedaulatan itu.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan
kitaBeograd melainkan kita berjuang untuk kepentingan ummat manusia.
Seluruhnya, ya perjuangan kita lakukan untuk kepentingan mereka
yang kita tentang..
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bukanlah pion-pion yang di atas papan catur yang tuan-tuan
hadapi. Yang tuan-tuen hadapi adalah manusia, impian-impian manusia, citacita
manusla dan hari depan manusia.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Saya serukan kepada tuan-tuan kepada semua anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bergeraklah bersama arusnya sejarah, janganlah
mencoba membendung arus itu.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• . “Sesuatu” itu kami namakan “Pancasila”, ya “Pancasila”
atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi/Dasar tidaklah langsung berpangkal pada
Manifesto komunis ataupun Declaration of Independence. Declaration of Independence
memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak berabad-abad
telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa
paham-paham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam
bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad
kejayaan bangsa sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat
kelemahan Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Singkirkan penyelewengan terhadap kemerdekaan dan
emansipasi dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan Imperialisme
dengan segera dengan Beogradnya Dunia akan menjadi suatu tempat yang lebih
bersih, suatu tempat yang lebih baik dan suatu tempat yang lebih aman.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bangunlah Dunia ini kembali! Banguniah Dunia ini kokoh
kuat dan sehat! Bangunlah suatu Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai
dan Persaudaraan. Bangunlah Dunia yang sesuai dengan impian
dan cita-cita ummat manusia.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Masalah bangsa Asia harus
diselesaikan oleh Bangsa Asia Beograd dengan cara-cara Asia.
Asian Problems to be solved by themselves in Asian ways.
[Konferensi Maphilindo di Manila 1963]
Tentang imperialisme
• Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan
negeri atau bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem
mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan
pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan
daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi
juga berjalan dengan “putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga
berjalan dengan cara “pénétration pacifique”.
[Indonesia
menggugat, hlm. 81]
• Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia,
belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama sekali.
[Indonesia
menggugat, hlm. 81]
• Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat
Perancis terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang
besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.”
Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di
muka mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen,
Soepriadinata, Sukarno.”
[Indonesia
menggugat, hlm. 81]
• Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan
tenaga
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan
“opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi
tidaklah
pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi
besar ?
[Indonesia
menggugat, hlm. 70]
• Memang zaman imperialisme modern mendatangkan “kesopanan”,
mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan
bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu?
Indonesia
menggugat, hlm. 46
• Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga
modal
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga
imperialisme di Indonesia
kini jadi Internasional.
[Indonesia
menggugat, hlm. 51]
• We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be
deceived or even
soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead.
How can we
say it is dead, so long as vast areas of Asia
and Africa are un-free. And
I beg of you do not think of colonialism only in the classic
form which
we of Indonesia,
and our brothers in different parts of Asia and Africa
knew, colonialism has also its modern dress, in the form of
economic
control, intellectual control, actual physical control a
small, but aliencommunity
within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and
it appears in many guises. It does not give up its loot
easily, wherever,
whenever and however-it-appears, colonialism is an evil
thing, and
one must be eradicated from the earth.
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm.
I8-4-´55]
• Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini
bukanlah soal
kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup,
soal
Business !.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]
• Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang
melawan
kolonialls di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka
penyair
Longfellow menulis:
A cry defiance and not of fear.
A voice in the darkness, a knock at the door.
And a word that shall echo for evermore
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm.
I8-4-´55]
• Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat
yang
terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek
Perang
Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di
situlah
rakyat Indonesia
melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat
Indonesia
akan Merdeka.
[Kepada bangsaku hlm. 316 ]
• Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific
itu
akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia
tidak segera
menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan
menderitakan
pengaruh ledakan itu.
[Indonesia
menggugat, hlm. 164]
• Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin
oleh
imperialisme Beograd. Bukan bikinan
“penghasut”, bukan bikinan
“opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan
kemelaratan
rakyat.
[Indonesia
menggugat, hlm. 71]
• Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang
didatangkan
inperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat
khatulistiwa
yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”.
[Indonesia
menggugat, hlm. 72]
• Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa
sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru
Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia
menggugat, hlm. 75]
• Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa
sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru
Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia
menggugat, hlm. 75]
Tentang kemerdekaan
• Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa
yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, – Merdeka atau
mati !.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• We want to establish a state, “all for, all”, neither for
a single
individual nor for one group, whether it be a group of
aristocracy or a
group of wealthy-but, “all for all”.
Kita ingin mendirikan satu Negara “semua buat semua”, bukan
satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu
golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara “semua
buat
semua”.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila
• Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak
boleh
tidak, pasti akhirnya bangkit menggerakkan tenaganya, kalau
ia sudah
terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya
angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau
cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
Indonesia
menggugat, hlm. 09
• Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun
jembatan emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama
rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia
Merdeka, 1933]
• Jikalau kita membaca seorang pemimpin Irlandia lain,
Erskin Childers
berkata, “Kemerdekaan bukanlah soal tawar-menawar,
kemerdekaan
sebagai maut, dia ada atau tidak ada. Kalau orang,
menguranginya,
maka itu bukan kemerdekaan lagi”.
Indonesia
menggugat, hlm. 86
• Kemerdekaan untuk merdeka. Kemerdekaan berarti mengakhiri
untuk
selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa,
penghisapanpenghisapan
yang tak langsung maupun penghisapan yang langsung.
Pidato KTT Non-Blok, 1- 9 -1961
• Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negeri
Beograd,
maka sebagian atau semua syarat-syarat hidupnya, baik
ekonomi,
maupun sosial, maupun politik, diperuntukkan bagi yang bukan
kepentingannya, bahkan bertentangan dengan kepentingannya.
Indonesia
menggugat, hlm. 81
• Kemerdekaan adalah jembatan emas. di seberang jembatan,
jembatan
emas inilah kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia
Merdeka yang
gagah kuat, sehat, kekal dan abadi.
[Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]
• Tetapi kecuali daripada itu, maka peristiwa menjadi
merdekanya
sesuatu bangsa yang tadinya dijajah oleh imperialisme bangsa
lain,
merdeka, betul-betul merdeka, dan bukan merdeka boneka.
Kepada bangsaku hlm. 375
• Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus persen,
bilamana
masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme.
[Mencapai Indonesia
Merdeka, 1933]
Tentang nasionalisme
• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam
rokh”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
• Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
• Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
• Entah bagaimana tercapainya “persatuan” itu, entah bagaimana
rupanya “persatuan” itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia – Merdeka itu, ialah ….”Kapal Persatuan” adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
• Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
• Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
• Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
• Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
• Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
• Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi
“perkakasnya Tuhan”, dan membuat kita menjadi “hidup di dalam
rokh”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]
• Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]
• Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman… Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]
• Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
• Entah bagaimana tercapainya “persatuan” itu, entah bagaimana
rupanya “persatuan” itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia – Merdeka itu, ialah ….”Kapal Persatuan” adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]
• Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]
• Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]
• Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu
geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]
• Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]
• Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]
• Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]
• Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. “No sacrifice is wasted”.
[Suluh Indonesia Muda, 1928]
• Tidak seorang yang menghitung-hitung : “Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya.”
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]
• Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]
• Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]
• Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]
• Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]
• Dalam pidatoku, “Sekali Merdeka tetap Merdeka”! Kucetus semboyan:
“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]
AMANAT PRESIDEN SOEKARNO
PADA PEMBUKAAN SIDANG PERTAMA M. P. R. S.
DI GEDUNG MERDEKA BANDUNG
PADA HARI PAHLAWAN 10 NOPEMBER 1960
……………………………………………………………
Dan sebagai tiap2 rakjat jang menderita, maka rakjat Indonesia
ingin melepaskan diri daripada penderitaan itu. Dan dalam usaha untuk
melepaskan diri daripada penderitaan itu, sekali lagi rakjat Indonesia
menjalankan penderitaan2. Korbanan2 jang amat pedih. Untuk mengachiri
pen-deritaan, rakjat Indonesia
mendjalankan penderitaan. Ini tampaknja adalah satu paradox, tetapi paradox
sedjarah, hisrorical-paradox. Penderitaan rakjat jang dilakukan oleh rakjat
untuk melepaskan diri daripada penderitaan, sudah dikenal oleh kita semuanja.
Dikenal olah kita semuanja dalam bentuk Pah-lawan-pahlawan jang gugur, jang
mereka itu arwahnya pada ini hari kita peringati.
Dan Pahlawan2 yang gugur ini bukan sadja jang gugur sedjak
kita memasuki taraf physical revolution didalam usaha kita untuk melepaskan
diri kita daripada penderitaan, tetapi Pahlawan jang gugur, djuga sebelum
adanja physical revolution kita itu, Pahlawan jang gugur dalam abad ke-17,
Pahlawan-pahlawan jang gugur dalam abad ke-18, Pahlawan2 jang gugur dalam abad
ke-19, Pahlawan jang jang gugur dalam apa jang kita namakan Gerakan Nasional,
dan bukan sadja Pahlawan2 jang gugur, tetapi kita pada ini hari djuga
memperingati semua Pahlawan2 daridjang telah menunjukkan kepahlawanannja diatas
padang pelaksanaan Dharma Bhakti terhadap kepada Ibu Pratiwi.
Bukan sadja terbajang dihadapan mata chajal kita Pahlawan2
dari Sultan Agung Hanjokrokusumo, atau Pahlawan2 dari Untung Suropati, atau
Pahlawan2 dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2
dari Trunodjojo, atau Pahlawan2 dari Sultan Hasanudin, atau Pahlawan2 dari
Pangeran Diponegoro, atau Pahlawan2 dari Teuku Tjiek Ditiro, atau Imam Bonjol,
bukan hanya Pahlawan2 itu jang gugur dimedan pertempuran atau tidak gugur
dimedan pertempuran, tetapi djuga Pahlawan2 kita didalam Gerakan Nasional, jang
mereka itu bernama dan kita beri nama Pahlawan, oleh karena mereka telah
mempersembahkan Dharma Bhaktinja serta kobanannja jang pahit-pedih diatas
Persada Ibu Pratiwi.
Terbajang dimuka mata chajal kita, ratusan ribuan Pemimpin2
kita daripada Gerakan Nasional itu, jang telah meringkuk didalam pendjara.
Terbajang dihadapan mata chajal kita, Pemimpin2 kita jang menderita pahit
pedih, ditempat2 pembuangan. Terbajang dimata chayal kita, Pemimpin2 kita jang
dengan muka bersenjum menaiki tiang penggantungan. Terbajang dimata chayal
kita, Pemimpin2 kita jang menadahi pelor daripada squadron2 pendrelan2. Terbajang
dimuka chayall kita, deritaan daripada rakjat kita jang untuk Perdjuangan itu
mengorbankan segala2nja.
Ada jang
mengorbankan suaminja, ada jang mengorbankan anaknja , ada jang mengorbankan
harta-bendanja, ada jang mengorbankan isi-hati ketjintaan mereka jang mendjadi
tiang daripada djiwa mereka itu. Pendek kata mengorbankan segala2nja, dan
mereka ini Pahlawan pula.
——————————————————————————-
Djikalau Saudara2 membatja Undang2 Dasar 45 itu, njata
djelas bahwa semangat daripada Undang2 Dasar 45 ini ialah apa jang diamanatkan
oleh Rakjat didalam ia punja penderitaan jang berwindu-windu, berabad-abad.
Maka oleh karena itu ada baiknja barangkalil saja batjakan lebih dahulu
Preambule daripada Undang2 Dasar itu:
“Bahwa sesunggunja Kemerdekaan itu ialah hak segala Bangsa,
dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perdjoangan
pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang bahagia
dengan selamat-sentausa menghantarkan Rakjat Indonseia kedepan pintu gerbang
Kemerdekaan Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.Atas berkat Rahmat Tuhan Jang Maha Kuasa, dan didorongkan oleh keinginan
luhur supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas — maka Rakjat Indonesia
mennjatakan dengan ini Kemerdekaannja. Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu Pemerintahan Negara Indonesia, jang melindungi segenap Bangsa Indonesia
dan seluruh Tumpah Darah Indonsia, dan untuk memadjukan kesejahteraan umum,
mentjerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang
berdasarkan Kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Indonesia itu dalam Undang2 Dasar Negara Indonesia jang terbentuk
dalam susunan negara Republik Indonesia
jang berkedaulatan Rakjat, dengan berdasarkan kepada
ke-Tuhanan jang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan Kerakjatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusjawaratan Perwakilan serta dengan mewudjudkan satu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakjat Indonesia”.
Preambule ini Saudara2, saja ulangi lagi, mentjerminkan
dengan tegas dan djelas: Amanat Pendeitaan Rakjat. Tjerminkan dengan djelas
didalam kata-pembukaan ini, tiga kerangka sebagai jang saja utjapkan dalam
pidato saja 17 Agustus 1959, jang kemudian terkenal dengan kata pidato Manipol.
Tiga kerangka, satu Negara Kesatuan, didalamnja satu
masjarakat jang adil dan makmur, didalam rangkaian persahabatan dengan semua
Bangsa didunia. Preambule ini Saudara2, dibuat dan dirantjangkan, kemudian
disjahkan oleh Pemimpin2 kita sebelum kita mengadakan Proklamasi 17 Agustus
1945. Apa sebab, kataku tadi, oleh karena Pemimpin2 kita pada waktu itu
semuanja merasa meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat sehingga didalam Preambule
ini ditjerminkan olehnja apa yang diamanatkan oleh rakjat dengan deritaanja
itu, kepada kita semua. Tiga kerangka ternjata tertulis didalamnja. Dan bukan
saja tiga kerangka ini, sebagai Saudara2 pun telah mengetahui, didalam
Preambule ini telah tertjermin pula Dasar daripada Negara jang akan datang, dan
jang kemudian datang, jaitu jang terkenal dengan nama Pantjasila.
——————————————————————
Saudara2, maka dengan Demikianlah Saudara2 sudah djelas,
sebagai tadi saja katakan, pekerdjaan Saudara2 adalah berat mulia,— tetapi
sebenarnja tidak terlalu berat, dan mulia,— malahan saja minta kepada Saudara2
jang mulia tetapi tidak terlalu berat. Saja minta kepada Saudara2 djanganlah
bertele-tele, Saudara2.
Lenyapkan Sterilitiet Dalam Gerakan Mahasiswa
PIDATO TERTULIS PYM PRESIDEN SUKARNO PADA KONFERENSI BESAR
GMNI DI KALIURANG JOGJAKARTA, 17
FEBRUARI 1959.
Terlebih dahulu saya mengucapkan selamat dengan Konferensi
Besar GMNI ini.
Dengan gembira saya membaca, bahwa asas tujuan GMNI adalah
Marhaenisme. Apa sebab saya gembira?
Tidak lain dan tidak bukan, karena lebih dari 30 tahun yang
lalu saya juga pernah memimpin suatu gerakan rakyat -suatu partai politik- yang
asasnya pun adalah Marhaenisme.
Bagi saya asas Marhaenisme adalah suatu asas yang paling
cocok untuk gerakan rakyat di Indonesia.
Rumusannya adalah sebagai berikut: Marhaenisme adalah asas, yang menghendaki
susunan masyarakat dan Negara yang didalam segala halnya menyelamatkan kaum
Marhaen. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan
watak kaum Marhaen pada umumnya. Marhaenisme adalah dus asas dan cara
perjuangan “tegelijk“, menuju kepada hilangnya kapitalisme, imprealisme dan
kolonialisme. Secara positif, maka Marhaenisme saya namakan juga
sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi; karena nasionalismenya kaum Marhaen
adalah nasionalisme yang social bewust dan karena demokrasinya kaum Marhaen
adalah demokrasi yang social bewust pula.
Dan siapakah yang saya namakan kaum Marhaen itu? Yang saya
namakan Marhaen adalah setiap rakyat Indonesia
yang melarat atau lebih tepat: yang telah dimelaratkan oleh setiap kapitalisme,
imprealisme dan kolonialisme.
Kaum Marhaen ini terdiri dari tiga unsur: Pertama : Unsur
kaum proletar Indonesia
(buruh) Kedua : Unsur kaum tani melarat Indonesia,
dan Ketiga : kaum melarat Indonesia
yang lain-lain.
Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis? Kaum
Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot Bangsa. Yang mengorganisir
berjuta-juta kaum Marhaen itu, dan Yang bersama-sama dengan tenaga massa
Marhaen itu hendak menumbangkan sistem kapitalisme, imprealisme, kolonialisme,
dan Yang bersama-sama dengan massa Marhaen itu membanting tulang untuk
membangun Negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.
Pokoknya ialah, bahwa Marhaenis adalah setiap orang yang
menjalankan Marhaenisme seperti yang saya jelaskan di atas tadi. Camkan
benar-benar: setiap kaum Marhaenis berjuang untuk kepentingan kaum Marhaen dan
bersama-sama kaum Marhaen!
Apa sebab pengertian tentang Marhaenisme, Marhaen dan
Marhaenis itu saya kemukakan kepada Konferensi Besar GMNI dewasa ini?
Karena saya tahu, bahwa dewasa ini ada banyak
kesimpangsiuran tentang tafsir pengertian kata-kata Marhaenisme, Marhaen dan
Marhaenis itu.
Saya harapkan mudah-mudahan kata sambutan saya ini saudara
camkan dengan sungguh-sungguh, dan saudara praktikkan sebaik-baiknya, tidak
hanya dalam lingkungan dunia kecil mahasiswa, tetapi juga di dunia besar
daripada massa Marhaen.
Sebab tanpa massa
Marhaen, maka gerakanmu akan menjadi steril! Karena itu:
Lenyapkan sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa! Nyalakan
terus obor kesetiaan terhadap kaum Marhaen! Agar semangat Marhaenisme
bernyala-nyala murni! Dan agar yang tidak murni terbakar mati!
Sekian dulu, dan sekali lagi saya ucapkan selamat kepada
Konferensi Besar GMNI, dan mudah-mudahan berhasillah Konferensi Besar ini.
Jakarta, 17
Februari 1959
PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/ PEMIMPIN BESAR REVOLUSI
No comments:
Post a Comment