TEKNOLOGI NANO, INFORMATIKA, GENOME DAN DAMPAK SOSIAL
BUDAYA
Oleh Sarlito Wirawan Sarwono
– psikolog
Selama beberapa ratus tahun ilmu fisika didominasi oleh
teori Newton yang menyatakan bahwa
setiap zat terdiri dari molekul dan atom serta inti atom yang masif. Makin
masif sel atom suatu zat, makin padat zat itu. Sehingga terjadilah variasi
kepadatan zat-zat, mulai dari gas, cairan sampai benda padat. Termasuk dalam
benda padat adalah benda bendayang sangat keras seperti batu dan karang yang
sulit untuk di pecah-pecah, apalagi diuraikan seperti zat cair atau gas.
Revolusi IPTEK
Tetapi dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, terjadi
revolusi dalam ilmu fisika, yaitu dengan ditemukannya fisika kwantum, yang
menyatakan bahwa inti atom dapat diuraikan dan diuraikan lagi, sehingga
akhirnya hanya terdiri dari kumpulan energi yang dinamis saja. Kata teori ini,
inti atom berbanding atomnya sendiri adalah bagaikan sebiji anggur berbanding
seluruh dunia. Maka dengan paradigma fisika kwantum ini, benda yang sepadat apapun
dapat diuraikan jika kita bisa menguraikan inti atom tersebut.
Salah satu dampak dari revolusi dalam ilmu fisika ini adalah
berkembangnya teknologi Nano, yaitu suatu teknologi yang mampu memperkecil atom menjadi 1/50.000 dari
yang asli. Maka benda-benda apa pun dapat dibuat sangat kecil, termasuk
benda-benda padat, sehingga hari ini kita dapat membuat elemen-elemen teknologi
canggih seperti microchips dalam ukuran
yang sangat kecil dan alat-alat berteknologi sangat canggih pun bisa dibuat
berukuran sangat kecil seperti telepon seluler, komputer, pesawat TV, radio dan
alat-alat kedokteran.
Dampak lain dari ditemukannya fisika kwantum adalah
dimungkinkannya pengembangan teknologi transformasi dari rangsang-rangsang
optik, menjadi impuls-impuls digital yang bisa dikirimkan melalui saluran
telekomunikasi dan/atau gelombang-gelombang radio, sehingga gambar, dokumen dan
sebagainya bisa dikirimkan ke seluruh dunia melalui satelit dalam hitungan
detik dengan harga yang sangat murah (fax, internet) yang merupakan pemicu dari
revolusi berikutnya, yaitu dalam bidang teknologi informasi. Di masa yang akan
datang, bukannya tidak mungkin yang dikirimkan adalah benda-benda paket, bahkan
juga manusia.
Selanjutnya, dalam bidang ilmu kedokteran, dengan adanya
kecanggihan alat-alat kedokteran yang super mini, yang didukung oleh teknologi
nano, dapat dikembangkan teknologi kedokteran yang mampu melakukan diagnosis
dan/atau terapi berbagai penyakit yang semula hanya dapat dilakukan dengan
teknik yang berisiko tinggi, seperti pembedahan, kemo terapi dsb.
Berbicara tentang ilmu kedokteran, di samping pengaruh luar
biasa dari teknologi nano tersebut di atas, ilmu yang satu ini juga dipengaruhi
oleh revolusi dalam ilmu biologi, yaitu ditemukannya teknologi genome.
Teknologi genome berawal dari kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu tentang
gen, sehingga manusia akhirnya bisa mengintervensi proses terjadinya dan
pertumbuhan gen.
Awalnya teknologi genome hanya bisa digunakan dalam bidang
pertanian, yaitu untuk pencangkokan bibit unggul sayuran dan buah-buahan.
Tetapi lama ke lamaan teknologi ini berkembang ke bidang peternakan. Untuk
mengembangkan ternak-ternak unggul, sampai akhirnya ditemukan teknologi
kloning, yaitu penciptaan hewan (domba) hanya dari satu sel DNA hewan itu.
Dalam ilmu kedokteran, teknologi ini sudah mulai diterapkan dalam kasus-kasus
pencangkokan organ tubuh dan proses reproduksi bayi melalui tabung-tabung di
laboratorium (dikenal dengan istilah: bayi tabung), dan bukannya tidak mungkin
pada suatu saat kloning pun akan dilakukan pada manusia.
Dampak Sosial Budaya
Sudah barang tentu ketiga revolusi Iptek tersebut di atas
sangat berpengaruh pada perilaku manusia pada khususnya dan norma-norma sosial
budaya pada umumnya. Fasilitas sms (short massage service) pada telepon
seluler, misalnya, sangat berpengaruh pada menurunnya jumlah pengiriman pos
kartu ucapan selamat lebaran dan natal. Fasilitas internet memungkinkan majalah
Newsweek dari AS dibaca pada hari yang sama di Asia, dan
koran KOMPAS dari Jakarta, terbit
bersamaan dengan versi-versi daerahnya.
Di masa depan, ketika tubuh manusia sudah bisa
ditransformasikan menjadi gelombang digital dan dikirim melalui gelombang
radio, jalur Pantura otomatis akan kosong dari kendaraan mudik, karena para
pemudik memilih menggunakan sarana
transformasi tersebut. Demikian pula kapal udara dan kapal laut akan kehilangan
penumpang.
Di bidang kedokteran, teknologi genome memungkinkan
perencanaan keluarga (pembatasan dan penjarangan kelahiran, maupun pengobatan
kemandulan) dan teknologi nano memungkinkan disembuhkannya
penyakit-penyakit yang selama ini sering
berakhir dengan kematian.
Di sisi lain, revolusi Iptek tersebut juga menimbulkan
persoalan-persoalan baru, khususnya yang menyangkut norma sosial dan budaya. Teknologi informasi yang
canggih, misalnya memungkinkan anak-anak bisa mengakses pornografi melalui
internet, atau massa yang buta
politik membuka situs-situs yang berisi hasutan dan provokasi tanpa bisa
disensor sama sekali.
Teknologi kloning manusia akan memicu permasalahan baru
dalam etika, karena orang akan mempertanyakan sejauh mana teknologi ini bisa
memberikan kemashlahatan bagi umat, atau justru lebih banyak kerugiannya.
Demikian pula teknologi genome menyebabkan lembaga perkawinan makin tidak
diperlukan untuk melindungi proses reproduksi manusia, sehingga hubungan seks
ekstra dan pra-marital akan bertambah banyak. Sedangkan teknologi genome
lainnya menyebabkan manusia makin berumur panjang sehingga timbul permasalahan
yang menyangkut orang-orang
lanjut usia yang jumlahnya makin lama makin banyak. Bahkan
untuk permasalahan yang satu ini, ilmu pengetahuan sudah mengembangkan suatu
cabang ilmu baru yang dinamakan “gerontologi” (ilmu tentang orang-orang usia
lanjut).
Kesimpulan
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa umat manusia sedang berada di tengah revolusi Iptek
yang dahsyat dan berlangsung dengan sangat cepat. Banyak di antara anggota
masyarakat yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan itu, sehingga
makin banyak orang yang stress, atau berusaha mencari jalan pintas, baik
melalui penyalahgunaan narkoba, agresivitas (konflik etnik, agama), KKN, maupun
penyimpangan agama seperti yang terjadi pada sekte “kiamat” di Bandung
baru-baru ini.
Masalah norma dan etika akan menghadapi tantangan sangat
besar, dan hanya manusia-manusia yang cerdas dan sekaligus bermoral tinggilah
yang akan unggul dalam revolusi ini. Di sinilah pelunya pengembangan ilmu
psikologi, di atas perkembangan ilmu dan tekonologi yang maha dahsyat itu.
(Sumber :Sarlito.hyperphp.com)
No comments:
Post a Comment