Cerita Dewa-Dewi dalam Pewayangan bag-1
Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa cerita wayang tak lepas dari ketiga unsur tokohnya yakni manusia, raksasa
dan Dewa-Dewi. Dan seperti lazimnya sebuah mitologi, tentu saja jumlah dari
dewa-dewi ini sangat banyak dan beragam dengan peran dan tugasnya
masing-masing.
Dan, beberapa waktu yang lalu,
Budaya Nusantara menemukan satu ebook yang sayangnya lupa dari mana di unduh.
Dalam buku digital ini dipaparkan beragam dewa-dewi yang terdapat dalam cerita
wayang yang menurut hemat kami sangat bermanfaat sebagai pengenalan terhadap
dunia wayang bagi siapa saja yang tertarik dengan budaya ini tapi kesulitan
memahami alur ceritanya karena terlalu banyaknya tokoh yang berperan dalam
cerita wayang tersebut, tak terkecuali juga tokoh mengenai dewa-dewi itu
sendiri.
Nah, dengan pertimbangan itulah
Budaya Nusantara pada kesempatan kali ini akan membagi cerita tentang sebagian
kecil dewa-dewi yang ada dalam dunia pewayangan dengan bahannya langsung di
ambil dari ebook yang dalam scurity properties dari ebook tersebut di kolom
title tertera Microsoft Word - dewa dalam pewayangan.docx dengan authornya
tertulis nama Sudarjanto ini. Dan seperti biasa, untuk mempermudah memahaminya,
Budaya Nusantara akan membagi artikel ini dalam beberapa posting yang mengacu
pada susunan alfabetik. Semoga bermanfaat..
1. Antaboga
HYANG ANTABOGA dikenal pula dengan nama Nagapasa. Ia adalah putra Anantanaga (ular) dengan Dewi Wasu, putri Hyang Anantaswara, dan merupakan keturunan ke-4 dari Sanghyang Wenang dengan Dewi Sayati.
Antaboga
berwujud taksaka/naga. Karena ketekunannya bertapa, ia memiliki kesaktian,
dapat beralih rupa menjadi manusia. Tingkah laku, tabiat, pembicaraan, lagak
lagunya dan hatinya mencerminkan kependetaannya. Anantaboga pernah bertapa
dengan mulut terbuka dan kemasukan cupu Linggamanik, yang segera dibawa ke
Jonggringsaloka. Ketika cupu dibuka Sanghyang Manikmaya dari dalamnya ke luar
putri yang sangat cantik yang diberi nama Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar yang
kemudian menjadi istri Bathara Wisnu.
Karena jasanya
kepada Dewa dan Suralaya. Anantaboga mendapat anugrah dari Sanghyang
Manikmaya/Bhatara Guru berupa Aji Kawrastawan yang membuatnya dapat beralih
rupa sesuai dengan kehendaknya, serta kedudukan setingkat Dewa dan gelar Hyang.
Antaboga menikah dengan Dewi Supreti, dan berputra 2 (dua), bernama: Dewi
Nagagini istri Bima, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dengan permaisuri
Dewi Kunti, dan Nagatatmala (berwujud Manusia) Dan bima dengan nagageni,
mempunyai putra yg bernama ontorejo...
Dan kakuasaannana
di Catur Loka Pertala (lapisan bumi nu ka-4), itu berdasarkan cerita.
2. Aruna
ARUNA atau NGRUNA (pedalangan Jawa) berujud burung garuda. Ia sulung dari dua saudara putra Dewi Winata dengan Resi Kasyapa. Adik kandungnya yang juga berujud burung garuda bernama Aruni/Suwarna atau Ngruni (pedalangan Jawa).
ARUNA atau NGRUNA (pedalangan Jawa) berujud burung garuda. Ia sulung dari dua saudara putra Dewi Winata dengan Resi Kasyapa. Adik kandungnya yang juga berujud burung garuda bernama Aruni/Suwarna atau Ngruni (pedalangan Jawa).
Aruna lahir atau menetas sebelum
waktunya. Hal ini akibat ketidak sabaran Dewi Winata setelah mengetahui
telur-telur yang dilahirkan Dewi Kadru, kakaknya yang juga menjadi istri Resi
Kasyapa semuanya menetas berujud ular. Aruna yang lahir sebelum waktunya karena
tubuhnya belum tumbuh bulu, merintih-rintih kesakitan. Akibat tak tahan menahan
rasa sakit, Aruna yang marah mengutuk ibunya, bahwa kelak kehidupan Dewi Winata
akan mengalami kesengsaraan hidup yang penuh dengan penderitaan karena menjadi
budak.
Kutukan Aruna menjadi kenyataan.
Akibat kalah menebak warna kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibantu
anak-anaknya yang berwujud ular melilit tubuh kuda Ucirawas, menyebabkan tubuh
kuda yang putih mulus menjadi belang-belang, Dewi Winata kemudian menjadi budak
Dewi Kadru bekerja mengasuh ribuan ular anaknya.
Aruna mengetahui penderitaan ibunya
itu, ia sangat menyesal dan bersedih hati, karena kutuk pada ibunya itu
langsung mengena pada dirinya pula yang menjadi kurang terawat. Tapi ia tak
bisa berbuat sesuatu apapun. Setelah bulu sayapnya kuat membawa tubuhnya, Aruna
kemudian pergi terbang tinggi ke angkasa, meninggalkan ibunya yang penuh dengan
derita kesengsaraan.
Aruna kemudian bersemayam di kolong
langit, hinggap di mega-mega dengan membawa kesedihan dan penyesalan. Kesedihan
dan penyesalan Aruna baru beeakhir setelah Garuda Aruni, adiknya berhasil
membebaskan Dewi Winata dari perbudakan dengan penebusan berupa cupu berisi
Saktiwisa.
3. Baruna
BATHARA BARUNA sering disebut pula dengan nama Bathara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari keturunan Sanghyang Nioya. Bathara Baruna berwujud Dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Karena itu Bathara Baruna dapat hidup di darat dan di air, mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.
BATHARA BARUNA sering disebut pula dengan nama Bathara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari keturunan Sanghyang Nioya. Bathara Baruna berwujud Dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Karena itu Bathara Baruna dapat hidup di darat dan di air, mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi.
Bathara Baruna
bertempat tinggal di kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas menjaga kesejahteraan
makhluk di dalam samodra. Pada jaman Maespati, Bathara Baruna pernah mengalami
kesulitan, air narmada tidak mengalir karena terhalang oleh tubuh Prabu
Arjunasasra yang tidur bertiwikrama menjadi brahalasewu membendung muara
Narmada, sehingga mengahalangi aliran sungai dan menimbulkan banyak kematian.
Bathara Baruna dapat menyelesaikan persoalan itu dengan memberikan Cupu Banyu
Panguripan (air kehidupan) kepada Prabu Arjunasasra. Air Kehidupan itu
dipergunakan Prabu Arjunansasra untuk menghidupkan kembali Dewi Citrawati dan
para putri Maespati yang mati bunuh diri karena hasutan/tipu daya ditya
Sukasarana, anak buah Prabu Dasamuka.
Bathara Baruna
juga banyak berjasa membantu Ramawijaya, dengan mengerahkan ikan-ikan besar
membendung samodra hingga pembuatan tambak untuk jembatan menyeberangkan jutaan
laskar kera Gowa Kiskenda ke negara Alengka dapat terlaksana.
4. Basuki
BATHARA BASUKI dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.
BATHARA BASUKI dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia.
Bathara Basuki
menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu
Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang
kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan
kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas
jasa atas kebajikan yang pernah dilakuklan oleh Prabu Baladewa menyelamatkan
dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana. Dengan penitisan
Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari
pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda.
Setelah
keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki
keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para
naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi,
kembali ke patala.
5. Bayu
SANGHYANG BAYU disebut pula Hyang Pawaka (angin), Dewa yang melambangkan kekuatan. Ia putra keempat Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri Dewi Umayi. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
SANGHYANG BAYU disebut pula Hyang Pawaka (angin), Dewa yang melambangkan kekuatan. Ia putra keempat Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri Dewi Umayi. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Bayu
menurut wujudnya telah mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh
santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat. Sanghyang Bayu bersemayam di Kahyangan
Panglawung. Ia menikah dengan Dewi Sumi, putri Bathara Soma, dan berputra empat
orang masing-masing bernama; Bathara Sumarma, Bathara Sangkara, Bathara Sudarma
dan Bathara Bismakara.
Menurut kitab
Mahabharata, Sanghyang Bayu berputra pula dari Dewi Anjani, putri sulung Resi
Gotama dari pertapaan Erriya/Grastina seorang anak berwujud kera putih yang
diberi nama Maruti/Anoman. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Anoman merupakan
putra Dewi Anjani dengan Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Bayu
pernah turun ke Arcapada menjadi raja di negara Medanggora bernama Resi Boma.
6. Brahma
SANGHYANG BRAHMA atau Brama adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
SANGHYANG BRAHMA atau Brama adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang
Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri
dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci
berputra dua orang bernama; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan
Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara
Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara
Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas
orang putra dan putri, masing-masing bernama; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri,
Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati,
Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara
Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi
Dresawati.
Sanghyang
Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa
api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati
angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada,
menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati.
7. Bremani
DEWI BREMANI dalam pedalangan Jawa dikenal pula dengan nama Dewi Dresnawati. Ia adalah putri ke 13 (tiga belas) atau bungsu dari Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Rarasyati/Raraswati. Dewi Bremani menikah dengan Prabu Banjaranjali raja negara Alengka. Perkawinan terjadi setelah Prabu Banjaranjali menyerang negara Medangpura untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, Prabu Hiranyakasipu yang tewas bersama Prabu Hiranyawreka, raja negara Kasi dalam peperangan di negara Medanggili melawan Maharaja Suman (penjelmaan Sanghyang Wisnu). Dalam perang tersebut Banjaranjali dapat dikalahkan dan takluk kepada Maharaja Sunda (penjelmaan Sanghyang Brahma} dan kemudian diambil menantu.
DEWI BREMANI dalam pedalangan Jawa dikenal pula dengan nama Dewi Dresnawati. Ia adalah putri ke 13 (tiga belas) atau bungsu dari Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Rarasyati/Raraswati. Dewi Bremani menikah dengan Prabu Banjaranjali raja negara Alengka. Perkawinan terjadi setelah Prabu Banjaranjali menyerang negara Medangpura untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, Prabu Hiranyakasipu yang tewas bersama Prabu Hiranyawreka, raja negara Kasi dalam peperangan di negara Medanggili melawan Maharaja Suman (penjelmaan Sanghyang Wisnu). Dalam perang tersebut Banjaranjali dapat dikalahkan dan takluk kepada Maharaja Sunda (penjelmaan Sanghyang Brahma} dan kemudian diambil menantu.
Dari sekian
banyak saudara kandung yang dikenal adalah Dewi Brahmaniyuta yang menikah
dengan Bathara Srinada(Prabu Basurata) raja Negara Wirata. Dewi Bramanisri yang
menikah dengan Garuda Briawan/Aruni. Dewi Dresanala yang menikah dengan Arjuna
dan berputra Wisanggeni. Kemudian Bathara Brahmanayasa yang menurunkan
raja-raja Alengka dan Brahmanayana yang menurunkan raja-raja Mandura.
Sedangkan
saudara lain ibu Dewi Bremani yang dikenal diantaranya Bathara Brahmanaresi
yang menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sanghyang Wisnu, berputra Bathara
Parikenan. Kemudian Bathara Bramanasadewa yang menikah dengan Dewi Srinadi,
putri Sanghyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu yang menurunkan Prabu
Canderakestu dan Prabu Suryakestu, raja-raja di wilayah negara Maespati.
Dari
perkawinannya dengan Prabu Banjaranjali, Dewi Bremani mempunyai dua orang
putra, yaitu Banjaransari yang setelah menjadi raja Alengka bergelar Prabu
Getahbanjaran, dan Dewi Bermaniwati yang menikah dengan Wisnungkara, putra
Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnumurti) yang selanjutnya menurunkan
para raksasa termasuk Prabu Yudakalakresna, raja negara Dwarawati.
8. Cingkarabala
CINGKARABALA & UPATABALA adalah dua raksasa kembar putra Prabu Patanam, raja jin di jasirah Dahulagiri, sebelah timur laut Pegunungan Tengguru/Himalaya. Ia mempunyai seorang kakak berwujud lembu gumarang (lembu yang mempunyai dasar warna bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan) bernama Nanda/Nandi/Nandini atau Handini, yang menjadi kendaraan pribadi Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru, raja Tribuana.
CINGKARABALA & UPATABALA adalah dua raksasa kembar putra Prabu Patanam, raja jin di jasirah Dahulagiri, sebelah timur laut Pegunungan Tengguru/Himalaya. Ia mempunyai seorang kakak berwujud lembu gumarang (lembu yang mempunyai dasar warna bulunya putih bertaburkan merah kuning keemasan) bernama Nanda/Nandi/Nandini atau Handini, yang menjadi kendaraan pribadi Sanghyang Manikmaya/Bathara Guru, raja Tribuana.
Sebagai putra
raja jin, Cingkarabala dan Upatalabala sangat sakti. Mereka bertubuh gemuk
pendek (untuk ukuran raksasa) dan berwajah menyeramkan, mencerminkan wataknya
yang kejam. Namun demikian, Cingkarabala dan Upatabala memiliki sifat sangat
setia, patuh pada perintah, teguh dan kukuh dalam pendirian.
Terbawa oleh
kedudukan Nandi, kakaknya, Cingkarabala dan Upatabala ikut diboyong oleh
Sanghyang Manikmaya ke Suralaya. Keduanya
mendapat tugas menjaga pintu gerbang Suralaya yang bernama Selamatangkep.
Mereka mendapat kuasa penuh untuk menolak dan memperkenankan siapa saja makhluk
yang keluar masuk ke wilayah Suralaya.
9. Darma
BATHARA DARMA adalah Dewa Keadilan. Ia adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Darma mempunyai saudara kandung bernama Bathara Panyarikan. Ia mempunyai tugas kewajiban memberi petunjuk, fatwa dan ajaran kebajikan kepada umat di Arcapada. Pada jaman Lokapala, Bathara Darma menitis pada Prabu Lokawana, bertugas memberikan fatwa tentang tatanan peradaban kepada manusia dan golongan raksasa. Pada jaman Ramayana, ia menitis pada Prabu Banaputra, raja negara Ayodya, kemudian menitis pada Raden Bharata, putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kekayi, bertugas memberi ajaran tentang hak dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh orang perorang dalam tatanan hidup bermasyarakat. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara Darma menitis pada Prabu Puntadewa/Yudhistira, raja negara Amarta, bertugas memberi contoh tentang perilaku kebajikan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
BATHARA DARMA adalah Dewa Keadilan. Ia adalah putra Sanghyang Parma, yang berarti cucu Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Darma mempunyai saudara kandung bernama Bathara Panyarikan. Ia mempunyai tugas kewajiban memberi petunjuk, fatwa dan ajaran kebajikan kepada umat di Arcapada. Pada jaman Lokapala, Bathara Darma menitis pada Prabu Lokawana, bertugas memberikan fatwa tentang tatanan peradaban kepada manusia dan golongan raksasa. Pada jaman Ramayana, ia menitis pada Prabu Banaputra, raja negara Ayodya, kemudian menitis pada Raden Bharata, putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kekayi, bertugas memberi ajaran tentang hak dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh orang perorang dalam tatanan hidup bermasyarakat. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Bathara Darma menitis pada Prabu Puntadewa/Yudhistira, raja negara Amarta, bertugas memberi contoh tentang perilaku kebajikan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Dalam Kitab
Mahabharata, parwa ke-XVII, Maha Prastanikaparwa, Bathara Darma menjelma
menjadi seekor anjing yang berhasil menuntun Prabu Puntadewa/Yudhistira masuk
ke Swargaloka.
10. Dewaruci
DEWARUCI mempunyai wujud dan bentuk sebagai dewa kerdil. Tokoh Dewaruci hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa dan hanya ditampilkan saat Bima /Werkudara, satria kedua Pandawa, putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, mendapat perintah Resi Drona untuk mencari Tirta Amrta/air kehidupan atau Prawitasari.
DEWARUCI mempunyai wujud dan bentuk sebagai dewa kerdil. Tokoh Dewaruci hanya dikenal dalam cerita pedalangan Jawa dan hanya ditampilkan saat Bima /Werkudara, satria kedua Pandawa, putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Kunti, mendapat perintah Resi Drona untuk mencari Tirta Amrta/air kehidupan atau Prawitasari.
Dengan
kesaktiannya, Dewaruci dapat memasukkan tubuh Bima yang besarnya beberapa kali
lipat dari tubuhnya, masuk ke dalam tubuhnya melalui lubang telinga, dimana di
dalam tubuh Dewaruci, Bima dapat melihat segala persoalan hidup atas petunjuk
Dewaruci. Dewaruci juga merupakan satu-satunya makhuk yang dapat membuat Bima,
orang yang selama hidupnya tidak bisa berlutut kepada siapapun, mendadak
berlutut dan bersujud menyembah kepadanya.
Kepada Bima,
Dewaruci memberikan dan menjabarkan tentang ilmu Sangkan Paraning Dumadi dan
lmu kasampurnan. Ia banyak menguraikan masalah kebenaran sejati, tentang
hakekat dan tujuan hidup yang sebenarnya. Berkat ajaran Dewaruci, Bima menjadi
satria yang berbudi luhur, dapat membedakan antara hak dan kewajiban, mana
perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah yang harus dihindari.
11. Dewasrani
BATHARA DEWASRANI adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani mempunyai lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
BATHARA DEWASRANI adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani mempunyai lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
Bathara
Dewasrani berwajah tampan. Selain sakti, juga mempunyai Aji Kawrastawan, dapat
beralih rupa menjadi apa saja sesuai kehendaknya. Bathara Dewasrani mempunyai
sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil dan mau
benarnya sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggrisaloka dengan
berbagai tuntutan yang aneh-aneh.
Bathara
Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan
dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang
Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga
pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu
sampai keluar Kahyangan Untarasegara. Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara
Wisnu menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat
ibunya, Dewi Pramuni.
Berkali-kali
Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan
di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara
Wisnu. Karena berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang
kejahatan
12. Dresanala
DEWI DRESANALA adalah putri ke 10 (sepuluh) Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Rarasyati/Raraswati. Ia mempunyai tiga belas saudara kandung, diantara mereka yang dikenal dalam cerita pedalangan adalah ; Dewi Bramanisri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan/Suwarna/Aruni dan menurunkan golongan garuda. Kemudian Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Bathara Srinada/Prabu Basurata, raja negara Wirata, berputra Dewi Bramaneki yang menikah dengan Bambang Parikenan, turun temurun menurunkan trah Wukir Retawu sampai keluarga Kurawa dan Pandawa .Saudaranya yang lain Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka termasuk Prabu Dasamuka.
DEWI DRESANALA adalah putri ke 10 (sepuluh) Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Rarasyati/Raraswati. Ia mempunyai tiga belas saudara kandung, diantara mereka yang dikenal dalam cerita pedalangan adalah ; Dewi Bramanisri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan/Suwarna/Aruni dan menurunkan golongan garuda. Kemudian Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Bathara Srinada/Prabu Basurata, raja negara Wirata, berputra Dewi Bramaneki yang menikah dengan Bambang Parikenan, turun temurun menurunkan trah Wukir Retawu sampai keluarga Kurawa dan Pandawa .Saudaranya yang lain Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka termasuk Prabu Dasamuka.
Dewi Dresanala
juga mempunyai delapan orang saudara seayah lain ibu, putra-putra Dewi Saci dan
Dewi Sarasyati. Diantaranya yang dikenal adalah; Bathara Brahmanaresi yang
menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sanghyang Wisnu, berputra Bathara Parikenan.
Kemudian Bathara Bramanasadewa yang menikah dengan Dewi Srinadi, putri
Sanghyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu yang menurunkan Prabu Canderakestu
dan Prabu Suryakestu, raja-raja di layah negara Maespati. Dewi Dresanala pernah
dianugerahkan kepada Arjuna, satria Pandawa yang waktu itu menjadi raja di
kahyangan Kainderan atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa
negara Manikmantaka. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra yang
diberi nama; Wisanggeni
13. Durga
BATHARI DURGA pada mulanya bernama Dewi Danapati/Dewi Pramuni. Bertahun-tahun ia bertapa di hutan Krendayana karena bercita-cita ingin menjadi istri Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana.
BATHARI DURGA pada mulanya bernama Dewi Danapati/Dewi Pramuni. Bertahun-tahun ia bertapa di hutan Krendayana karena bercita-cita ingin menjadi istri Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana.
Keinginannya
terkabul, tetapi hanya badan wadagnya/raganya saja. Oleh Sanghyang Manikmaya,
badan halusnya/sukmya dipertukarkan dengan badan halus/sukma Dewi Umayi yang
pada waktu itu badan raganya telah menjadi raseksi bernama Bathari Durga. Oleh
Sanghyang Manikmaya, Bathari Durga ditempatkan di Kahyangan
Setragandamayit/Setraganda Umayi di hutan Krendayana, menjadi ratu/penguasa
golongan makhluk siluman. Setelah berputra Bathara Dewasrani sebagai istri
Sanghyang Manikmaya, Bathari Durga kemudian dinikahkan dengan Bathara Kala,
putra bungsu Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umayi. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh lima orang putra masing-msing bernama; Bathara Siwahjaya, Bathari
Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagota dan Bathara Kartinea.
Sebagai
penguasa makhluk siluman, Bathari Durga berhak memberi anugrah kepada para
pemujanya, baik berupa harta benda/kekayaan ataupun ilmu kesaktian. Karena berwujud akyan/badan halus, Bathari Durga bersifat
abadi, hidup sepanjang jaman.
Sumber terkait : http://budayanusantara.blogsome.com/2011/03/08/dewa-dewi-dalam-pewayangan/
No comments:
Post a Comment