Saturday, April 2, 2011

Konsepsi tentang Languange Games


Saya ingat apa kata “Orang tua saya” : tentang “Hirup-Hurup-Hurip” (bahasa Sunda)…

  • untuk memahami Rahasia Hidup tentu kita harus memecahkan kode dan symbol –simbol , Huruf / Ayat-ayat……Ilham (wahyu) ,  dan apa yang Kita Hadapi (kuncinya ada pada Diri Kita sendiri)*
Orang yang bisa menaklukkan orang lain itu kuat, orang yang bisa menaklukan diri sendiri itu hebat. –Laozi (Lao Tzu, Lao Tse, Laotze, Lao Zi).
Jadi  kita coba aja fahami  makna 2 nya, untuk bisa memecahkan kode .....



            Dalam konsep ini ingin dikatakan bahwa “kata-kata mempunyai makna ketika berada dalam realitas kehidupan”. Slogan ini membantu untuk memahami matematika dan matematika dalam hal ini adalah teknik pembuktian language games  ini adalah penjelasan lain dari yang dimaksud language games dan bagaimana language games itu berberda dengan sesuatu yang bersifat empiris. Ketika suatu bahasa dipandang sebagai language games maka pertanyaan yang muncul adalah apakah matematika itu berisi sifat-sifat yang tak berubah? Pertanyaan ini telah memotivasi bagi karya-karya Wittgenstein tentang filsafat matematika selama akhir tahun 1930 dan awal 1940 . ada dua motivasi dalam penelitian Wittgenstein terhadap masalah ini. Pertama bahwa matematika ialah nexus dari language games  dengan tatanan khususnya sendiri. Yang kedua matematika itu sebagai protes terhadap kelompok anarkis dan kelompok metafisik. Jika dikaitkan dengan motivasi yang pertama Wittgenstein menekankan pada pernyataan-pernyataan metematika yang tidak bisa berubah dan tidak bisa direvisi. Disana ia mengkontraskan pernyataan matematika dengan sesuatu yang empiris dan menguji sejauhmana keterlibarlibatan dari language games. Jika dikaitkan dengan motivasi yang kedua maka Wittgenstein menekankan kepada kontingensi matematika dengan kata lain kontingensi bahasa secara keseluruhan. Disana ada dua motivasi yang menunjukkan dua cara yang berbeda dimana anggapan sesuatu yang empiris bisa menghasilkan, dalam matematika,  yang pertama , sebuah proposisi tidak bisa direvisi dengan pengalaman, tidak seperti statemen empiris, proposisi matematika tidak bisa digantikan oleh kemunculan pengalaman. Proposisi matematika mempunyai aturan tertentu dalam bahasa kita dan disini saya ingin mengatakan bahwa matematika itu adalah contoh yang selalu mengukur bukan sesuatu yang bisa diukur. Kita menggunakan matematika untuk menghukumi pengalaman bukan pengalaman yang menghukumi—memutuskan—matematika. Proposisi matematika bisa ditemukan dalam pendasaran teknik  juga dalam fisika, fakta-fakta psikologi yang bisa membuat teknik itu menjadi mungkin.

No comments:

Post a Comment